10 Kaidah dalam Menyucikan Jiwa (Bag. 9) : Memilih Teman dalam Bergaul
Baca pembahasan sebelumnya 10 Kaidah dalam Menyucikan Jiwa (Bag. 8)
Kaidah kedelapan: Memilih teman dalam bergaul
Allah Ta’ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.“ (QS. Al-Kahfi [18]: 28)
Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu Ta’ala berkata,
ففيها الأمر بصحبة الأخيار، ومجاهدة النفس على صحبتهم، ومخالطتهم وإن كانوا فقراء فإن في صحبتهم من الفوائد، ما لا يحصى
“Dalam ayat ini terkandung perintah untuk bergaul dengan orang-orang terbaik (pilihan), bersungguh-sungguh untuk berteman dan bersama dengan mereka, meskipun mereka miskin. Karena sesungguhnya, terdapat faidah yang tidak terhitung dalam pergaulan dengan mereka.” (Taisiir Karimirrahman, hal. 547)
Baca Juga: Cara Memilih Teman Pergaulan saat Kuliah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya. Oleh karena itu, perhatikanlah siapa yang menjadi sahabat kalian.” (HR. Abu Dawud no. 4833. Dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, 2: 634)
Abu Sulaiman Al-Khithabi rahimahullahu Ta’ala berkata, “Makna dari ‘Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya’ adalah janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang yang bagus agamanya dan memiliki sifat amanah. Karena jika engkau bergaul dengannya, engkau akan meneladaninya dalam agama dan pemikirannya (pendapatnya). Janganlah engkau tertipu dengan agamamu dan janganlah engkau mempertaruhkan dirimu, sehingga engkau bergaul dengan orang yang cuek dengan agama dan rusak pemikirannya.” (Al-‘Uzlah, hal. 56)
Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
اعتبروا الناس بأخدانهم، فإن المرء لايخادن إلا من يعجبه
“Nilailah manusia dengan sahabat dekatnya. Karena seseorang tidaklah bersahabat kecuali dengan orang yang dikaguminya.“ (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanah Al-Kubra no. 376)
Baca Juga: Baru Ngaji, tapi Khawatir Terpengaruh dengan Teman-Teman Lama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ، وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ، كَحَامِلِ الْمِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Hanyalah perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak wangi atau Engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, Engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) akan mengenai (membakar) pakaianmu. Dan kalaupun tidak, Engkau tetap mendapatkan bau asap yang tidak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu Ta’ala mengatakan,
“Dalam hadits di atas terkandung (pelajaran) agar menjauhi interaksi dengan orang-orang yang buruk; bermajelis dengan orang yang jahat, ahli bid’ah, dan orang-orang yang suka menipu manusia. Karena semua orang tersebut akan menimbulkan pengaruh pada teman duduknya. Dan juga terkandung dorongan (motivasi) untuk bermajelis dengan orang-orang yang baik; mempelajari ilmu, adab, hidayah (petunjuk), dan akhlak yang terpuji (dari mereka).” (Ikmaalul Mu’allim bi Fawaaidi Muslim, 8: 108)
Baca Juga:
[Bersambung]
***
@Rumah Lendah, 18 Shafar 1440/ 27 Oktober 2018
Penerjemah: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Referensi:
Diterjemahkan dari kitab ‘Asyru qawaaida fi tazkiyatin nafsi, hal. 32-34, karya Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala.
🔍 Majelis Ilmu Adalah Taman Surga, Ponpes Ibnu Taimiyah Bogor, Apa Yang Dimaksud Dengan Doa, Buku Hadits Bukhari, Pertanyaan Alam Kubur
Artikel asli: https://muslim.or.id/44414-sepuluh-kaidah-dalam-menyucikan-jiwa-bag-9.html